Ciri fisik yang mudah dikenali
Dengan bulu putih bersih yang menyelimuti tubuhnya, Burung Hantu Salju menampilkan penampilan yang memukau dan mudah dikenali. Jantan dewasa memiliki bulu yang hampir sepenuhnya putih, sementara betina dan anak muda memiliki bintik-bintik dan garis-garis hitam. Bulu tebal mereka tidak hanya indah tapi juga fungsional, memberikan isolasi yang sangat baik terhadap dingin yang ekstrem.
Membangun sarang di permukaan tanah
Mereka cenderung membuat sarang di permukaan tanah yang terbuka, terutama di atas gundukan salju atau tanah yang rendah. Mereka menggunakan bahan-bahan seperti rumput, dedaunan, dan bulu untuk membuat sarang yang sederhana dan tidak terlalu terlihat. Lokasi sarang yang terbuka memberikan mereka pandangan yang luas untuk mengamati lingkungan sekitar dan mendeteksi potensi bahaya atau mangsa yang mendekat.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Meskipun dikenal sebagai burung hantu, Burung Hantu Salju memiliki suara yang berbeda dari kebanyakan spesies burung hantu lainnya. Suara mereka cenderung lebih rendah dan kurang sering terdengar, terutama karena mereka berkomunikasi di habitat yang luas dan terbuka. Suara mereka yang unik ini merupakan adaptasi terhadap lingkungan Arktik yang mereka huni.
Pola diet yang khas
Dikenal sebagai pemangsa yang efisien, dengan diet utama berupa mamalia kecil seperti lemming dan tikus. Dalam kondisi tertentu, mereka juga memangsa burung yang lebih besar dan berbagai jenis mangsa lainnya. Kemampuan berburu mereka yang luar biasa, termasuk penglihatan dan pendengaran yang tajam, membuat mereka menjadi predator yang tangguh di habitatnya.
Beberapa populasi Burung Hantu Salju melakukan migrasi ke selatan, terutama ketika sumber makanan di habitat asli mereka menipis. Migrasi ini bisa membawa mereka ke daerah yang jauh dari habitat Arktik asli mereka, bahkan hingga ke negara bagian selatan seperti Texas di Amerika Serikat. Fenomena migrasi ini masih menjadi subjek penelitian yang menarik bagi para ilmuwan.
Burung hantu kecil 'Otus scops' masih dapat dijumpai di alam liar sekitar Asia dan Eropa. Akan tetapi, 'Efek Harry Potter' berdampak pada perdagangan burung hantu yang membuat keberadaannya terancam. Film dan novel ini mendorong masyarakat Indonesia ingin memiliki burung hantu.
Nationalgeographic.co.id—Harry Potter punya penggemar yang sangat tinggi di seluruh dunia. Awalnya, cerita fantasi ini merupakan tujuh novel karya J.K. Rowling sejak 1997 hingga 2007.
Kemudian cerita tentang penyihir berkacamata tersebut diadaptasi menjadi film sejak 2001. Sekuel pertamanya bertajuk Harry Potter and the Sorcerer's Stone (Harry Potter dan Batu Bertuah) yang disutradarai Chris Columbus. Adaptasi film ini membuat penggemar cerita tentang penyihir kacamata tersebut meningkat.
Kegemaran akan cerita fiksi Harry Potter meningkatkan keinginan penggemar akan kehidupan dunia fantasi tersebut. Tidak sedikit barang dagangan yang terkait dengan dunia sihir dan Harry Potter diborong oleh penggemar di seluruh dunia, berapa pun harganya.
Dalam cerita Harry Potter, terdapat burung hantu salju (Bubo scandiacus) yang menjembatani dua dunia, dunia nyata (manusia) dan sihir. Burung hantu ini bak kurir. Salah satunya yang bernama Hedwig yang muncul di novel pertamanya, menjadi pihak pertama yang mengantar undangan ke Hogwarts, sekolah sihir.
Burung hantu menjadi rekan selamanya bagi setiap tokoh yang menjadi murid sihir di Hogwarts. Misalnya, Hedwig dan Harry atau Ron Weasley dan Pigwidgeon yang merupakan burung hantu Otus scops. Masih ada banyak spesies burung hantu yang mewarnai cerita Harry Potter sampai sekuel terakhirnya Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2.
Kedekatan manusia dan burung hantu, sangat digambarkan dalam film Harry Potter. Kedekatan ini digambarkan sebagai 'keakraban' antara manusia dan satwa liar yang punya dampak negatif bagi konservasi satwa.
Sebuah penelitian tahun 2017 di jurnal Global Ecology and Conservation mengungkapkan bahwa Harry Potter berdampak pada perdagangan burung hantu. Makalah bertajuk "The Harry Potter effect: The rise in trade of owls as pets in Java and Bali, Indonesia" digarap oleh Vincent Nijman dan K. Anne-Isola Nekaris, dua peneliti satwa liar di Oxford University.
Penelitian itu mengungkapkan adanya "Efek Harry Potter" di Indonesia. Banyak orang membeli burung hantu setelah novel Harry Potter dirilis pada awal 2000-an. Sebenarnya, tren pembelian burung hantu sudah ada sebelumnya, namun makhluk tersebut jarang muncul di pasar burung.
Nijmagen & Nekaris, 2017
Jumlah pembelian burung hantu di Indonesia di Jawa dan Bali yang meningkat setelah novel dan film Harry Potter muncul. Vendor bahkan menyebut burung hantu sebagai 'burung Harry Potter'.
Di pasar gelap, burung hantu hanya 0,06 persen dari jumlah burung di pasar gelap. Ketika novel dan film Harry Potter muncul, trennya melonjak tinggi, terang para peneliti. Angkanya meningkat menjadi 0,43 persen pada 2008.
Penelitian itu dilakukan oleh Nijman dan Nekaris dengan melihat data dari survei yang pernah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, para peneliti turun ke lapangan ke beberapa pasar satwa liar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali, untuk memantau jumlah burung hantu yang tersisa.
"Burung hantu diperdagangkan secara terbuka di pasar burung sehingga tidak perlu menggunakan teknik penyamaran," terang para peneliti tekait proses pemantauannya.
"Kami berjalan menyusuri pasar secara perlahan, mencatat burung hantu dengan mengetikkan spesies dan jumlahnya menggunakan ponsel atau dengan menghafal nomor dan menuliskannya di buku catatan langsung saat meninggalkan pasar."
Penelitian ini bahkan mengungkapkan, beberapa penjual tidak menyadari bahwa menjual burung hantu langka yang sudah lama tidak ditemukan.
Mayoritas burung hantu yang dijual di pasar gelap ditangkap di alam liar. Penangkapan ini dipicu akibat adanya permintaan di pasar untuk memiliki burung hantu. Para peneliti khawatir, meningkatnya permintaan dapat mengancam keberadaan burung hantu di alam liar, dan mengantarkannya pada kepunahan.
Kondisinya semakin mengkhawatirkan seiring waktu karena akses internet dan media sosial Indonesia yang meningkat. Ada banyak satwa liar, termasuk burung hantu, diperdagangkan secara daring.
Para peneliti bahkan menjumpai di dalam perdagangan burung hantu tidak lagi disebut sebagai "burung hantu". Saat berdiskusi, para vendor sering menyebut burung hantu sebagai burung Harry Potter.
"Efek Harry Potter" yang mendorong masyarakat memelihara burung hantu tidak hanya di Indonesia. Melansir BBC, India juga memiliki permasalahan yang sama pada 2010 setelah Harry Potter menjadi sangat populer.
Antara Gajah, Hutan, dan Kehidupan yang Perlu Diselamatkan
Burung Hantu Salju (Bubo scandiacus) memiliki berat antara 1,6 hingga 3 kilogram, panjang tubuh 50 hingga 70 cm, dan rentang sayap mencapai 116 hingga 183 cm. Mereka dikenal dengan bulu putih tebal yang membantu berkamuflase di lingkungan bersalju. Burung ini memiliki penglihatan dan pendengaran yang tajam, memungkinkannya berburu mangsa dengan efisien.
Selain itu, mereka menjadi terkenal di budaya populer sebagai Hedwig, burung hantu peliharaan Harry Potter dalam seri buku dan film terkenal. Popularitas ini telah meningkatkan kesadaran publik terhadap spesies tersebut. Ingin tahu fakta-fakta lainnya? Berikut penjelasannya.
Penglihatan monokromatik
Burung ini memiliki penglihatan warna terbatas karena mata mereka memiliki lebih banyak sel batang daripada sel kerucut. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya dan memungkinkan penglihatan yang sangat baik dalam kondisi cahaya rendah, tetapi tidak mendeteksi warna.
Adaptasi ini membuat Burung Hantu Salju efektif berburu dalam kegelapan, meskipun mereka melihat dunia dalam skala abu-abu atau dengan warna yang sangat redup. Mereka mengandalkan perbedaan intensitas cahaya dan kontras untuk mengenali lingkungan dan mendeteksi gerakan mangsa.
Mereka khawatir ini mempengaruhi spesies burung hantu.
"Popularitas burung hantu di Indonesia sebagai binatang peliharaan meningkat ke level yang bisa mengancam konservasi beberapa dari spesies yang sudah langka ini," kata Nijman dan Nekaris. Artinya, keduanya khawatir bila penjualan burung hantu secara ilegal terus dibiarkan, maka jumlah mereka di alam liar akan semakin berkurang.
Meski menyetujui pernyataan ini, tapi ada juga yang mempertanyakan korelasi antara Harry Potter dan tingginya permintaan terhadap burung hantu. Keduanya pun berargumen bahwa,"Harry Potter menormalisasi burung hantu sebagai binatang peliharaan." Salah satu buktinya adalah burung hantu kini lebih dikenal sebagai 'burung Harry Potter'. (BBC membahas fenomena tersebut pada video berdurasi 2 menit ini).
Keduanya juga menyoroti fakta bahwa pemerintah Indonesia tidak memasukkan burung hantu sebagai spesies yang dilindungi. Burung hantu dijual bebas di sejumlah pasar burung di Jawa dan Bali memang terlihat menarik. Namun, Nijman dan Nekaris meyakinkan bahwa spesies ini rentan mati bila dijauhkan dari habitatnya di alam liar.
Baca Juga: Harry Potter & 13 Fakta Unik Ini Dijamin Bikin Kamu Merasa Tua!
Bobo.id – Siapa yang suka Harry Potter? Yap, buku dan filmnya memang sudah sangat terkenal.
Teman-teman pasti sudah tahu kalau di dalam film Harry Potter, setiap murid di Hogwarts punya hewan peliharaan.
Burung hantu merupakan salah satu hewan peliharaan yang populer.
Nah, tahukah teman-teman? Ternyata, ada lima jenis burung hantu yang digunakan dalam film Harry Potter.
Apa saja, ya? Yuk, cari tahu!
BACA JUGA: Keren! Burung Hantu Punya 3 Kelopak Mata yang Fungsinya Berbeda-beda
1. Burung Hantu Salju
Pixabay Burung hantu salju.
Sesuai dengan namanya, hewan bernama latin Bubo scandiacus ini tinggal di tempat dingin yang penuh salju. Warna bulu burung hantu salju jantan lebih putih dibanding betina. Makin dewasa burung hantu salju jantan, makin putih warna bulunya.
Bahkan, ada juga yang warnanya putih bersih. Ukuran tubuh sang jantan juga lebih kecil dibanding bentina. Uniknya, burung hantu salju yang masih kecil justru warnanya coklat kehitaman.
2. Burung Hantu Elang
Pixabay Burung hantu elang.
Burung hantu elang (Bubo bubo) adalah salah satu jenis burung hantu terbesar. Panjang tubuhnya bisa mencapai 70 sentimeter. Burung hantu elang biasanya memangsa hewan kecil, seperti kelinci.
BACA JUGA: Burung Hantu Ketupu, Dapat Bertahan Tidak Tidur di Siang Hari
3. Burung Hantu Cokelat
K.-M. Hansche Burung hantu cokelat.
Burung hantu cokelat.
Burung hantu cokelat (Strix aluco) termasuk ke dalam burung hantu ukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 37 – 46 sentimeter. Sama dengan kebanyakan burung hantu lainnya, burung hantu cokelat juga punya pendengaran yang tajam.
Burung hantu ini biasanya memangsa rondent, bahkan burung hantu yang ukurannya lebih kecil.
4. Burung Hantu Abu-Abu Besar
Pixabay Burung hantu abu-abu besar.
Burung hantu abu-abu besar.
Burung hantu abu-abu besar (Strix nebulosa) adalah jenis terbesar di dunia. O iya, berbeda dari burung hantu kebanyakan, burung hantu abu-abu besar berburu di siang hari.
5. Burung Hantu Lumbung
Megan Lorenz/Getty Images/iStockphoto Burung hantu lumbung.
Megan Lorenz/Getty Images/iStockphoto
Burung hantu lumbung.
Burung hantu lumbung (Tyto alba) adalah salah satu jenis yang banyak ditemukan di berbagai tempat. Uniknya, hewan ini memiliki bulu yang sangat halus. Bulu halus ini membantunya untuk terbang tanpa terdengar mangsanya. Sayangnya, bulu-bulu halusnya tidak tahan air.
BACA JUGA: Mengapa Burung Hantu Dianggap Bijaksana?
Lihat juga video ini, yuk!
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi
Kemampuan berkamuflase
Bulu berwarna putih yang membantu mereka berkamuflase di lingkungan bersalju, sehingga mereka lebih sulit terlihat oleh predator dan mangsa. Warna bulu ini juga bisa sedikit berubah menjadi lebih gelap selama musim panas untuk menyesuaikan dengan lanskap tundra berbatu. Adaptasi ini memberikan perlindungan tambahan dan meningkatkan keberhasilan berburu di berbagai musim.
Banyak penggemar Harry Potter ingin memelihara burung hantu.
Burung hantu Harry Potter, Hedwig, memang terlihat lucu dan tampak jinak. Dalam penelitian yang dipublikasikan Global Ecology and Conversation, Nijman dan Nekaris meyakini Hedwig menginspirasi para penggemar Harry Potter untuk memiliki burung hantu sendiri dengan menjadikan spesies langka tersebut sebagai peliharaan.
Dalam riset mereka, Nijman dan Nekaris menemukan penjualan burung hantu secara ilegal meningkat pesat seiring dengan bertambahnya popularitas Harry Potter. Pada 2001, tahun di mana film yang dibintangi Daniel Radcliff tersebut dirilis, hanya beberapa ratus burung hantu yang dijual ilegal di Indonesia.
Lalu, pada 2016, jumlah tersebut meningkat menjadi lebih dari 13.000 ekor. Harganya pun terbilang sangat terjangkau, yakni, mulai Rp 130-an ribu hingga Rp 400 ribu. Burung hantu kini juga semakin banyak ditemui di pasaran. Padahal, menurut Nijman dan Nekaris, sebelum 2001 ada kurang dari 0,1 persen burung hantu yang dijual.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: 15 Foto di Balik Layar Film Harry Potter yang Bikin Kangen
Predator yang sangat sabar
Mereka adalah pemburu yang sangat sabar, sering kali menghabiskan berjam-jam duduk di titik pengamatan tinggi seperti tiang atau gundukan salju. Mereka menggunakan penglihatan dan pendengaran tajam untuk mendeteksi mangsa, lalu menyerang dengan kecepatan hingga 46 mil per jam dan presisi tinggi saat mangsa lengah. Teknik ini memungkinkan mereka menghemat energi di lingkungan yang keras dan memastikan keberhasilan dalam berburu.
Kehidupan keluarga
Burung Hantu Salju bisa bertelur hingga 11 butir dalam satu musim kawin, dengan jumlah yang dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, terutama lemming. Mereka sering menunjukkan perilaku monogami selama satu musim kawin, di mana pasangan jantan dan betina bekerja sama merawat telur dan membesarkan anak-anak mereka. Namun, mereka bisa berganti pasangan di musim berikutnya, tergantung pada kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan.
Nah, itu dia beberapa fakta lain tentang burung hantu salju atau Snowy Owl semoga menambah wawasan buat kamu. Meskipun populasinya tidak terancam, kita harus tetap menjaga kelestarian hewan cantik ini.
Baca Juga: Fakta Menarik Burung Fiery-Throated Hummingbird, Bulunya bak Berlian
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.